Beranda | Artikel
Kebodohan Kita terhadap Makna Kalimat Tauhid (Bag. 5)
Selasa, 26 Februari 2019

Baca pembahasan sebelumnya Kebodohan Kita terhadap Makna Kalimat Tauhid (Bag. 4)

Penjelasan para Ulama rahimahumullah tentang Makna Kalimat Tauhid

Untuk melengkapi pembahasan di atas, berikut ini penulis kumpulkan beberapa penjelasan para ulama tentang makna kalimat tauhid. Sehingga pembaca dapat mengetahui bahwa makna kalimat tauhid yang benar sebagaimana penjelasan di atas bukanlah makna yang dibuat-buat pada waktu belakangan ini saja. Akan tetapi, memang inilah makna kalimat tauhid yang telah diajarkan oleh para ulama kita rahimahumullah sejak zaman dahulu.

Ath-Thabary rahimahullah (wafat th. 310 H) ketika menjelaskan QS. Al-An’am : 106,

اتَّبِعْ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ

”Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Rabb-mu; tidak ada ilah selain Dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.”

Pada penggalan ayat “tidak ada ilah selain Dia” beliau rahimahullah mengatakan,

لا معبود يستحق عليك إخلاص العبادة له إلا الله

“Tidak ada sesembahan yang memiliki hak untuk diibadahi dengan ikhlas kecuali Allah.” (Jaami’ul Bayaan fi Ta’wil Al-Qur’an, 12: 32)

Ibnul Jauzi rahimahullah (wafat th. 597 H) berkata ketika menjelaskan tafsir QS. Thaha [20] : 98,

إِنَّمَا إِلَهُكُمُ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَسِعَ كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا

“Sesungguhnya sesembahanmu hanyalah Allah, yang tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.”

Baca Juga: Dakwah Khilafah Ataukah Dakwah Tauhid?

Pada penggalan ayat “sesungguhnya sesembahanmu hanyalah Allah, tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Dia”, beliau rahimahullah berkata,

هو الذي يستحق العبادة

“Dia-lah yang memiliki hak untuk disembah.” (Zaadul Maisiir, 4: 321)

Ibnu Katsir rahimahullah (wafat th. 774 H) ketika menjelaskan QS. Ali Imran : ayat 6,

هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي الْأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Pada penggalan ayat “tidak ada ilah melainkan Dia”, beliau rahimahullah berkata,

هو الذي خلق، وهو المستحق للإلهية وحده لا شريك له

“Dia-lah (Allah) yang menciptakan, Dia-lah satu-satunya yang memiliki hak uluhiyyah (disembah oleh makhluk), tidak ada sekutu baginya.” (Tafsiir Al-Qur’an Al-‘Adziim, 2: 6)

As-Suyuthi rahimahullah (wafat th. 911 H) ketika menjelaskan tafsir QS. Al-Baqarah :255,

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ

”Allah, tidak ada ilah melainkan Dia”, beliau langsung menafsirkannya dengan berkata,

لا معبود بحق في الوجود

”Tidak ada sesembahan yang berhak disembah di alam semesta ini (selain Allah).” (Tafsiir Jalalain, 1: 261)

Asy-Syaukani rahimahullah (wafat th. 1250 H) ketika menjelaskan permulaan ayat kursi (QS. Al-Baqarah :255),

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

“Allah, tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya).”

Pada penggalan ayat “tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia”, beliau rahimahullah berkata,

لا معبود بحق إلا هو

Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Dia.(Fathul Qaadir, 1: 366)

Itulah penjelasan para ulama dari generasi ke generasi yang sangat mendalam ilmunya tentang makna kalimat “laa ilaaha illallah”. Semoga kutipan-kutipan tersebut semakin meneguhkan hati kita bahwa penjelasan tentang makna yang benar dari kalimat tauhid ini bukanlah penjelasan yang kami buat-buat sendiri atau ajaran baru dalam agama Islam yang tidak dikenal oleh para ulama sebelumnya. Kita dapat melihat bersama, meskipun mereka rahimahumullah menjelaskan kalimat tersebut dengan berbagai model lafadz (kalimat), namun hakikatnya kembali kepada makna yang satu, yaitu “tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah”.

Baca Juga: Bagaimana Membuktikan Kita Bertauhid Dengan Benar?

Penutup

Demikianlah pembahasan tentang makna yang benar dari kalimat tauhid. Semoga dengan pembahasan yang singkat ini dapat mengangkat sedikit di antara kebodohan diri kita tentang agama ini. Dan sungguh, memahami kalimat tauhid merupakan salah satu nikmat Allah Ta’ala yang sangat besar bagi hamba-Nya. Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata,

ما أنعم الله على عبد من العباد نعمة أعظم من أن عرفهم لا إله إلا الله وإن لا إله إلا الله لأهل الجنة كالماء البارد لأهل الدنيا ولأجلها أعدت دار الثواب ودار العقاب ولأجلها أمرت الرسل بالجهاد فمن قالها عصم ماله ودمه ومن أباها فماله ودمه هدر وهي مفتاح الجنة ومفتاح دعوة الرسل وبها كلم الله موسى كفاحا

“Tidaklah Allah Ta’ala memberikan nikmat kepada seorang hamba dengan suatu nikmat yang lebih agung dari nikmat diberikan pemahaman terhadap kalimat ‘laa ilaaha illallah’. Sesungguhnya kalimat ‘laa ilaaha illallah’ bagi penduduk surga itu bagaikan air yang menyejukkan bagi penduduk dunia. Karena kalimat itulah disiapkan negeri kenikmatan (yaitu surga, pent.) dan negeri hukuman (yaitu neraka, pent.). Karena kalimat itu pula para rasul diperintahkan untuk berjihad.

Barangsiapa yang mengatakan kalimat tersebut, maka harta dan darahnya akan terjaga. Dan barangsiapa yang enggan mengatakannya, maka halal-lah harta dan darahnya. Kalimat tersebut adalah kunci surga, dan kunci pembuka dakwah para Rasul. Dan dengan kalimat itu pula, Allah Ta’ala berbicara kepada Musa secara langsung.” (Kalimatul Ikhlas, 1: 53)

Baca Juga:

[Selesai]

***

@Rumah Lendah, 29 Rabiul Akhir 1440/ 6 Januari 2019

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.Or.Id

Catatan kaki:

Dalam menyusun pembahasan ini, penulis banyak mengambil inspirasi dan faidah dari tulisan saudara dan sahabat kami, Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal hafidzahullah, yang berjudul, Kalimat Syahadat dalam Sorotan”:

🔍 Safar, Esensi Shalat, Allah Mengampuni Semua Dosa, Bacaan Ruqyah Syar`iyyah, Sholat 2 Rakaat Sebelum Subuh Kapan Dilakukan


Artikel asli: https://muslim.or.id/45170-kebodohan-kita-terhadap-makna-kalimat-tauhid-bag-5.html